Rabu, 22 Oktober 2014

Good Ending Chapter 3





Chapter 3
Try it!

"Menarik dengan ini aku bisa membunuh hanya dengan menulis namanya"



Pelajaran pertama sudah dimulai hari ini Ayana kembali masuk sekolah, tampak semua orang menghapirinya dan menanyakan kabar tentangnya karena kemarin dia tidak masuk tanpa ada keterangan. "Oh, maaf kemarin aku sedikit tidak enak badan, rumahku jauh dari sekolah" jawab Ayana "tapi sekarang aku baik-baik saja kok, terimakasih ya kalian sudah memperhatikanku" lanjutnya sambil tersemyum. Senyumannya yang manis dan keramahannya membuat semua murid laki-laki maupun perempuan senang bersamanya, termasuk teman-temanya Raito. Sepertinya hanya Raito satu-satunya murid laki-laki yang tidak pernah mencoba menggoda Ayana.
Saat jam istirahat Veranda datang menemui kelas Raito. Dia menanyakan Raito kepada temannya. "Apa Raito ada?" tanya veranda.
"Raito kau beruntung sekali ada gadis cantik menemuimu!" ujar salah seorang teman sekelasnya."

Kedatangan Veranda ke kelas 2A membuat heboh seisi ruang kelas, apalagi Veranda datang karena ingin menemui Raito. Jessica Veranda Lontoh yang juara umum ujian dua kali peringkat pertama beruntun saat kelas satu dan dua ini selalu masuk top three murid terpintar di SMA Los Santos di Maria, fotonya yang manis selalu ada terpajang di Mading sekolah. Apa lagi jabatannya sebagai wakil ketua klub basket semakin menaikan popularitasnya di sekolah.
Raito kemudian menghampiri Veranda dan mereka pun berjalan bersama keluar dari kelas. Namun ada seseorang yang tidak suka melihat mereka bersama dia adalah Louis. Sebenarnya Louis mempunyai perasaan kepada Veranda dia pernah mengungkapkan perasaannya kepada Veranda saat masih kelas satu dulu. Tetapi karena sejak masih SMP Louis terkenal suka bergonta-ganti wanita, perasaannya pun ditolak oleh Veranda dengan alasan tidak ingin mengganggu sekolahnya. Louis selalu bercerita kepada Raito tanpa tahu bahwa temanya itu menyukai gadis yang sama dengannya"

"Ada hubungan apa antara kau denganya, Raito?"

*

"Maaf aku mengganggumu" kata Veranda gugup karena semua murid melihatnya berjalan bersama Raito di lorong kelas.
"Ah tidak sama sekali" jawab Raito.
"Aku kesini ingin memberi tahumu, nanti sore aku tidak bisa latihan aku harus ikut rapat komite dan jangan lupa minggu depan tim basket putri kita akan mengikuti kouhen, aku ingin kau datang dan memberi dukungan untuk tim kita." pinta Veranda,
"Aku pasti akan pergi dan mendukung tim".
"Terimakasih, jangan sampai lupa ya!"

Kouhen adalah kejuaraan olahraga antar SMA di seluruh wilayah Donington yang diadakan setiap tahunnya. Ada sepuluh cabang olahraga yang akan di pertandingkan, SMA Los Santos di Maria adalah juara umum tahun lalu.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu Raito?" Sinka bertanya ketika melihat Raito tresenyum bengong saat latihan.
"Kau tahu kak Veranda Menemuiku dan memintaku untuk mendukungnya di pertandingan tim basket putri hari minggu depan."
"Hahaha..... Bodoh kau" ejek Sinka,
"Apa maksudmu bilang aku bodoh?" tanya Raito geram
"kau tahu bukan kau saja yang ditemui kak Veranda semua anggota klub basket juga ditemuinya. Dia menemuimu karena dia tidak punya nomor ponselmu!" lanjut Sinka.

Raito kemudian terdiam lemas seperti tidak ingin melanjutkan latihanya, kemudian Sinka mengajaknya untuk pulang bersama.
Saat berjalan-jalan di pinggiran pertokoan di Hollow mereka berhenti sejenak ketika melihat berita di papan iklan raksasa. "Diberitahukan kepada semua warga di seluruh Donington terutama wilayah Setzusen telah terjadi penyerangan di penjara St. Saint. Dan diberitahukan agar semua warga berhati-hati karena ada seorang teroris yang bernama Thorsen Heins telah kabur dari penjara St. Saint! Tolong jangan abaikan pesan ini sampai ada pemberitahuan berlanjut dari pihak kepolisian". Suara dari komandan kepolisian Yami Yagami yang mana adalah ayah dari Raito.

"Hah, bukankah itu arah kerumahmu?" Raito bertanya kepada Sinka,
"Bagaimana ini aku takut"
"Tolong jangan tinggalkan aku Raito." Sinka yang ketakutan memegang erat lengan Raito.
"Kau akan baik-baik saja bersamaku."- kata Raito mencoba menyakinkan Sinka.

*

Tampak semua mall, kantor dan pertokoan di kawasan Setzusen telah menutup tokonya lebih dini. Tidak hanya mall dan perkantoran fasilitas umun seperti stasiun pun ikut tidak beroperasi, tidak ada seorang pun dijalan petang di Setzusen tampak seperti kota mati.


"Semua statsiun ke arah Setzusen telah ditutup pak!" kata komandan polisi Yami Yagami kepada kepala kepolisian Morgan Rise.
"Kenapa kau memberi tahu semua warga bahwa penjara St. Saint diserang! " bentak Morgan kepada komandan Yami, "apa kau tidak tahu dampaknya terhadap citra kepolisian Donington!, komandan!." sambung kepala kepolisian Morgan Rise.
"Maafkan saya pak, ini kesalahan saya. Saya bertanggung jawab atas semua ini" sahut komandan Yami.

Raito yang kehabisan cara bagaimana agar bisa mengantar Sinka ke Setzusen akhirnya  memutuskan untuk membawa Sinka kerumahnya. Raito meminta izin kepada ibunya agar Sinka dapat menginap dirumahnya. Ini pertama kalinya Raito mebawa wanita kerumahnya. Ibu yang tahu bahwa Raito yang selama ini tidak mempunyai pacar mencoba menggoda Sinka.

"Kau sangat manis Sinka, ibu senang karena kamu mau pacaran dengan Raito."
"Apa yang ibu lakukan....!!!" bentak Raito yang merasa malu ibunya yang terus mencoba menggoda Sinka.
"Kau ini sangat kasar sekali kepada wanita Raito..!!!" ibu tak tak kalah keras.
"jika kau seperti ini gadis manis ini bisa meninggalkanmu." lanjut ibu mengancam.
"Maaf nyonya, tapi sebelumnya kita belum pernah pacaran." ujar Sinka.
"Ah jangan panggil begitu panggil saja ibu!"
Raito yang merasa malu akan kelakuan ibunya itu membawa Sinka ke kamar. "Ini adalah kamar tamu kau bisa beristirahat disini, aku akan membawakan handuk untukmu mandi."

Hari ini ayah Raito pulang lebih cepat. Saat makan malam Ayah Raito yang heran ada wanita selain ibu dan Sayu pun kemudian bertanya kepada Sinka, tapi Raito dengan cepat segera menjelaskan tentang temanya itu.

"Semoga kau senang disini Sinka."
"Maaf mengganggumu tuan." ujar sinka
"Kau sama sekali tidak mengganggu, akhirnya puteraku seudah dewasa. Haha..." canda Ayah.
"Raito, Sayu apakah kalian tahu saat ini diluar sangat berbahaya. Tadi pagi para kelompok teroris menyerang penjara dan berhasil membawa kabur pimpinan mereka."
"Aku sudah tahu ayah aku mendengarmu di berita."
"Jika kalian melihat orang ini hati-hati lah" kata Ayah sambil memberikan selembar poster dengan wajah pimpinan teroris itu.

Makan malampun selesai, kemudian Raito masuk ke dalam kamarnya dia membuka laci meja belajarnya yang terkunci dan mengambil Death Note. "Aku akan mencobanya. Akan kutulis namanya disini lagipula jika benar dia akan mati tak masalah kan dia seorang penjahat!". Kata Raito dalam hatinya.
Raito kemudian menuliskan nama Thorsen Heins dan melihat wajahnya di poster. Tuk.... Tuk... Tuk... Terdengar suara ketukan dipintu dan screeeeeettt... Suara pintu terbuka "Maaf apa aku mengganggumu?" ternyata Sinka datang dan ingin meminjam ponsel Raito untuk menghubungi Ayahnya.
"Banterai ponselku habis aku takut ayahku menghawatirkanku." lanjut Sinka.
Raito segera memasukan Death Note miliknya kedalam laci meja belajarnya.

*

"Hallo... Ada apa?"
"Maaf tuan, nona Sinka tidak ada di rumah!"  terdengar suara seorang pembantu dari balik telepon.
"Apa maksudmu?"
"Iya tuan sejak dari sekolah nona belum kembali"
"Cepat suruh orang dirumah untuk mencarinya. Aku akan segera kesana!" perintah Steve Julian ayah Sinka.
"Apa yang kau lakukan nak, saat ini diluar sangat berbahaya."

Tiba-tiba kriiiiing..... Kriingggg... Suara ponsel Steve berdering.
"Haloo..."
"Ayah...."
"Sinka dimana kau? ayah mencarimu kemana-mana!"
"Maaf ayah aku ketinggalan kereta terakhir. Ayah jangan khawatir aku baik-baik saja kok, aku menginap dirumah temanku" kata Sinka. -


***
to be continued.... Chapter 4 disini
Baca chapter 1 disini
Baca chapter 2 disini


1 komentar:

  1. Gw dah baca dari awal, ceritanya bagus. Bagean ketiga rame nih. Ditunggu yang ke 4

    BalasHapus

TOLONG DIKOMENTARI YACH CINTA!!! terserah mau dipuji kek, mau dicela kek, aku terima lapang dada. Hehe...